MAKALAH
ADMINISTRATOR PENDIDIKAN DAN PROFESINYA
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Administrasi Pendidikan
Dosen Pembimbing : Drs. Ahmad Shodiqin, M.Ag
Oleh :
NUR AINI
SAHIYATIN FIQHIYAH
AYU CANDRA
LILIK ULFI HIDAYATI
ULFA UMAMI
ABD. GHOFUR
IMAM BUCHORI
FATHUR ROHMAN
Fakultas Agama Islam
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2008
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim
Teriring rasa syukur kehadirat Ilahi Robbi atas terselesainya Makalah Atau karya tulis kami dengan lancar. Sholawat dan Salam Mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, selaku Uswatun Hasanah Bagi umat Islam sedunia.
Adapun penulisan makalah ini berjudul : ADMINISTRATOR PENDIDIKAN DAN PROFESINYA. Kami menyadari bahwa segala sesuatu didunia ini tidak ada yang sempurna, begitu pula pada pembuatan makalah ini, betapapun usaha yang kami lakukan , tetap saja banyak sekali kekurangan yang terjadi, meskipun sebenarnya penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengupasnya lebih dalam.
Akhirnya saran dan kritik dari para pembaca sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah diedisi yang akan datang. Mudah-mudahan makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amiiin ..
Lamongan, 14 Juni 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………………………………..
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………….
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………..
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah …………………………………………………………………….
BAB II. ADMINISTRATOR PENDIDIKAN DAN PROFESINYA
A. Profesionalisasi Administrasi Pendidikan……..………………………….…….
B. Peranan Teori Dalam Praktek Administrasi Pendidikan ..………………………
C. Suatu pandangan fungsional tentang administrasi pendidikan dalam era pembangunan. …………………………………………………………………….
BAB III. KESIMPULAN …………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Pendidikan adalah sebuah tantangan yang harus dihadapi oleh semua pihak, baik pihak pengelola, pengembang, maupun praktisi pendidikan. Pendidikan pada zaman sekarang ini sangat penting dan merupakan kebutuhan primer bagi mereka yang ingin maju dan berkembang dan siap menghadapi tantangan di zaman yang semakin canggih dan modern seperti sekarang ini.
Namun untuk mencapai semua itu dibutuhkan Para administrator-administrator yang mumpuni dibidangnya dalam arti kemampuan intelektual mereka teruji dan sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan yang mereka tekuni. Selain itu juga untuk mengantisipasi carut-marutnya administrasi dan supervisi pendidikan. Untuk itu Administrator dituntut lebih giat mengembangkan keilmuannya secara professional sesuai dengan profesinya. Banyak para individu membanggakan profesinya tapi belum dilakukannya secara professional. Professional adalah sikap dewasa bagi mereka yang berprofesi, tapi yang berprofesi belum semua yang professional.
Untuk itu penulis akan meneliti sejauh mana administrator pendidikan dipandang dari sudut profesi dan keprofesionalnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan dari pengertian profesi dan profesionalisme ?
2. Bagaimana peran teori dalam praktek administrasi pendidikan ?
3. Apakah ada fungsi Administrasi pendidikan dalam era pembangunan ?
C. Tujuan MAsalah
1. Mengetahui hubungan dari pengertian profesi dan profesionalisme
2. Mengetahui peran teori dalam praktek administrasi pendidikan.
3. Mengetahui Administrasi pendidikan dalam era pembangunan
BAB II
ADMINISTRATOR PENDIDIKAN
DAN PROFESINYA
A. PROFESIONALISASI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
1. Profesi Dan Profesionalisasi
Profesi menurut Webster’s New World Dictionary adalah sebagai suatu pekerjaan yang meminta pendidikan tinggi dalam liberal arts atau science, dan biasanya meliputi pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual, seperti mengajar, keinsinyuran, mengajar, mengarang dst.
Menurut Good’s Dictionary of Education mendefinisikan suatu pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relative lama diperguruan tinggi dan dikuasai oleh suatu kode etik yang khusus. Dari kedua definisi tersebut sudah jelas bahwa tidak setiap pekerjaan bisa disebut profesi, karena harus memenuhi sejumlah criteria tertentu.
Sedangkan Porfesionalisasi adalah suatu proses perubahan dalam status suatu pekerjaan dari yang non - profesi atau semi – profesi kearah profesi sungguh.
2. Karakteristik Profesi
a. Menurut Moore cirri-ciri profesi adalah sebagai berikut :
1. Seorang professional menggunakan waktu penuh untuk menjalankan pekerjaanya.
2. Ia terikat oleh suatu panggilan hidup, dan dalam hal ini memperlakukan pekerjaannya sebagai seperangkat kepatuhan dan perilaku.
3. Ia anggota organisasi professional yang formal.
4. Ia menguasai pengetahuan yang berguna dan keterampilan atas dasar latihan spesialsasi atau pendidikan yang sangat khusus.
5. Ia terikat oleh syarat-syarat kompetensi, kesadaran profesi dan pengabdian.
6. Ia memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi teknis yang tinggi sekali.
b. Menurun Greenwood profesi-profesi dibedakan dari non – profesi karena memiliki unsure-unsur esensial berikut :
1. Suatu dasar teori sistematis.
2. Kewenangan ( authority ) yang diakui oleh klien.
3. Sanksi dan pengakuan masyarakat atas kewenangan ini.
4. Kode etik yang mengatur hubungan-hubungan dari orang-orang professional dengan kliendan teman sejawat.
5. Kebudayaan profesi yang terdiri atas nilai-nilai, norma-norma dan lambang.
c. Menurut Penididkan NEA Amerika serikat ada enam criteria bagi profesi dibidang pendidikan :
1. Profesi didasarkan atas sejumlah pengetahuan yang dikhususkan.
2. Profesi mengejar kemajuan dan kemampuan para anggotanya.
3. Profesi melayani kebutuhan para anggotannya ( akan kesejahteraan dan pertumbuhan professional ).
4. Profesi memiliki norma-norma etis.
5. Profesi mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah dibidangnya mengenai perubahan-perubahan dalam kurikulum, struktur organisasi pendidikan, persiapan professional, dst.)
6. Profesi memiliki solidaritas kelompok profesi.
d. Menurut Buku Tahunan Persatuan AdministratorSekolah amerika serikat. Juga menetapkan enam criteria profesi dalam pendidikan. Bahwa Profesi :
1. Berbeda dengan pekerjaan lain karena memiliki sejumlah pengetahuan yang unik, yang dikuasai dan dipraktekkan oleh para anggotanya.
2. Memiliki suatu ikatan yang kuat terdiri dari para anggotanya dan aktif mengatur syarat-syarat memasuki profesi.
3. Memiliki kode etik yang dapat memaksa
4. Memiliki literature sendiri, walaupun ia mungkin menimba kuat dari banyak disiplin akademis untuk isinya.
5. Memberikan jasa-jasa kepada masyarakat.
6. nyata dipandang atau dilihat masyarakat.
Dari formulasi-formulasi diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur profesi ideal adalah sebagai berikut :
1. Suatu dasar ilmu atau teori sistematis.
2. Kewenangan professional yang diakui oleh klien.
3. Sanksi dan pengakuan masyarakat akan keabsahan kewenangannya.
4. Kode etik yang regulative.
5. Kebudayaan Profesi
6. Persatuan Profesi yang kuat dan berpengaruh.
7. Unsur-unsur Profesi
a. Teori sistematis
Teori ialah suatu system azas dan proposisi abstrak yang menguraikan dalam kata-kata umum jenis-jenis fenomen yang menjadi pusat perhatian profesi.
b. Kewenangan Profesional
Pendidikan yang ekstensif dalam teri sistematis dan bidang ilmunya memberi seorang professional jenis pengetahuan yang tidak dimiliki oleh orang bukan ahli dalam bidang ilmu itu. Mereka mempunyai kewenangan yang terbatas hanya dalam bidang-bidang khusus sesuai seorang profeional didik dan dilatih.
c. Sanksi Masyarakat
Setiap kelompok profesi berusaha agar masyarakat menguwatkan kewenangannya dengan memberikan sejumlah kekuasaan khusus dan hak khusus tertentu. Pengakuan msayarakat akan kekuasaan dan hak-hak tertentu itu dapat formal atau informal. Pengakuan formal ialah kesepakatan yang diperkuat oleh kekuatan hokum.
d. Kode Etik
Suatu kode professional adalah barangkali lebih eksplisit, lebih sistematis, dan lebih mengikat. Ia lebih altruistis, mementingkan kesejahteraan orang lain, dan lebih berorientasi pada pelayanaan masyarakat umum. Ia harus memberikan jasa kepada siapapun yang memintanya tanpa memandang umur, penghasilan, keluarga, politik, bangsa, agama, jenis kelamin, dan status social dari klien. Seorang professional digerakkan lebih oleh bisikan hati untuk berbuat dengan sebaik-baiknya dari pada kepentingan pribadi.jadi, seorang professional dalam keadaan bagimanapun harus memberikan jasa yang paling bermutu dan ia harus siap sedia untuk memberikan jasanya atas permintaan, walaupun dengan mengorbankan kesenangan dirinya.
e. Kebudayaan Profesi
Kebudayaan profesi terdiri atas nilai-nilai, norma-norma, symbol-simbol, dan konsep karir. Nilai-nilai social dari kelompok professional ialah anggapan-anggapannya yang dasar dan fundamental. Profesi memandang bahwa jasanya itu suatu kebajikan social dan bahwa kesejahteraan masyarakat akan sangat dirugikan oleh ketidak hadirannya.
f. Persatuan Profesi.
Suatu profesi adalah lebih dari sekelompok individu yang berwenang, karena suatu profesi secara keseluruhan mempunyai tanggung jawab atas kualitas jasa sosialnya yang unik, nyata dan esensial dan atas pengembangan dan pemaksaan standar-standar dalam seleksi pendidikan, dan perbuatan para anggotanya.
B. PERANAN TEORI DALAM PRAKTEK ADMINISTRASI PENDIDIKAN
1. Arti dan Hakekat Teori.
Banyak administrator sekolah lebih suka melihat dirinya selaku seortang “ pembuat “. Mereka kurang menghargai teori, karena menurut mereka teori adalah tidak praktis. Sikap serupa ini memperlihatkan ketidaktahuan tentang apa sebenarnya teori itu. Jadi, apakah yang disebut teori itu ? Barangkali akan lebih membantu jika lebih dulu diterangkan apa yang bukan teori, mengingat ketidakpercayaan akan teori untuk sebagian disebabkan oleh konsep-konsep yang salah tentang teori itu.
Pertama, teori bukan terkaan atau pendapat pribadi. Pernyataan seperti. “ menurut teori saya, jika kita mengajarkan tiap mata pelajaran masing-masing selama empat minggu berturut-turut, alih-alih mencoba untuk mengajarkan semua mata pelajaran sekaligus selama seluruh tahun, kita akan memperoleh hasil yang jauh lebih baik, “ ialah pendapat bukan teori “.
Kedua, toeri bukan suatu pernyataan tentang sesuatu yang dicita-citakan, tentang apa yang seharusnya. Teori mengenai apa adanya, tidak mengenai apa yang seharusnya ia mengatakan. “ jika anda melakukan ini akan terjadi itu “ , bukan hendaknya melakukan ini karena konsisten dengan nilai-nilai ini. Nilai-nilai pertama-tama termasuk wilayah falsafah bukan wilayah teori.
Apakah Teori itu?
Teori adalah suatu kerangka acuan suatu keterangan tentang hubungan fakta-fakta atau fenomena-fenomena yang mungkin tampak tak berhubungan. Ia adalah pernyataan tentang prinsip-prinsip umum yang tampaknya meramalkan atau menjelaskan kejadian-kejadian dengan ketelitian yang lebih baik dari terkaan sehingga kita dapat mengatakan bahwa prinsip-prinsip iti “ benar “.
2. Perbedaan antara teori dengan nilai
Perbedaan antara teori dengan nilai-nilai biasanya dibicarakan dalam kata-kata dikotomi “ apa ada seharusnya “ ( is-ougnt ) perbedaan ini dijelaskan oleh Griffths dengan sebuah contoh dari ilmu fisika.
Teori bukan perangkat nilai-nilai dan ia bukan pula filsafat ilmu administrasi baru yang membuat perbedaan tajam antara falsafah dan seince. Seorang administrator adalah manusia perbuatan, dan adalah sangat perlu bahwa ia tidak saja mengetahui prinsip-prinsip atas dasar mana perbuatan dapat diramalkan tapi juga memiliki beberapa keyakinan tentang etika administrasi.
3. Sifat Hubungan Teori Praktek
Sering orang mengira bahwa teori adalah kebalikan dari praktek dan dengan demikian mempersamakan teori dengan tidak praktis. Tapi bagi kebanyakan orang teori ialah sinonim bagi “spekulasi “, “ dugaan “ atau “ sesuatu yang ideal “.
Berteori senantiasa hadir dalam prilaku manusia, sekalipun hanya secara emplisit. Perhatian ynag eksplisit akan teori adalah perlu mengingat teori memiliki faedah yang nyata bagi praktek yang berhasil. Memang, tanpa dimensi teoritis, praktek hanya dapat berhasil secara kebetulan.. juga mereka yang menyebut dirinya “ orang oraktis “ dalam kenyataannya tidak dapat melepaskan diri dan teori.
Bila pengalaman seorang administrator membawanya kepada pikiran bahwa suatu jenis tindakan tertentu akan menimbulkan kejadian atau tindakan lain tertentu, maka ia akan menggunakan teori. Orang yang belajar dari pengalamannya, orang yang mengubah teori-teorinya dalam proses koreksi diri yang tiada hentinya, orang serupa itu berteori – mungkin berteori dengan tak baik, tapi bagaimanapun mereka itu berteori.
4. Nilai Praktis Dari Teori
Teori dapat digunakan sebagai alat pemeriksaan praktek – ia menawarkan kepada administrator suatu dasar untuk kritik-diri dan perbaika yang sistematis dan kontinu.
C. SUATU PANDANGAN FUNGSIONAL TENTANG ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM ERA PEMBANGUNAN.
Administrasi pendidikan, sebagi suatu bidang jasa professional yang spesifik hadir di dalam tiga bidang perhatian dan kepentingan masyarakat yang saling berhubungan.
Bidang pertama ialah seeting administrasi pendidika : geografi, demografi, ekonomi, ideology, kebudayaan dan pembangunan.
Bidang kedua ialah pendidikan itu sendiri, yaitu bidang garapan administrasi – sumbangannya yang mungkin bagi perubahan social, pertumbuhan ekonomi,dan pembangunan politik.
Bidang ketiga terdiri dari formulasi-formulasi umum tentang sustansi administrasi pendidikan : tugas-tugasnya, proses-prosesnya, teknik-tekniknya, asas-asas operasionalnya, dan ide-ide tentang perilaku administratifnya.
1. Dua Dimensi Pokok Administarsi
Lingkungan kerja yang segera dari seorang administrator sekolah ialah organisas sekolahnya. Administrator menempati posisi yang telah ditentukan di dalam organisasi sekolah itu ; ia adalah kepala – suatu kedudukan administrative yang paling penting di sekolahnya.
Gagasan umum yang bertalian dengna jenis administrasi yang diminta oleh sekolah-sekolah memberikan petunjuk penting bagi penelaahannya sebagi suatu bidang jasa professional yang sangat khusdus. Gagasan itu tampaknya mengungkapkan dua dimensi umum yang pokok berikut : 1. Dimensi yang eksekutif dan 2. Dimensi kepemimpinan.
1. Dimensi eksekutif
Dimensi eksekutif dari administrasi pendidikan sampai saat ini menjadi focus sentral bagi pemahaman substansi administrasi pendidikan.
Dimensi ini menunjuk kepada ketrampilan-ketrampilan teknis managerial yang perlu untuk “ menjalankan sekolah “ . satu aspeknya melingkupi tugas-tugas yang terlibat dala peranan-peranan administrator selaku pelakjsana kurikulum, manager personil, fasilitas, keuangan dan tata usaha sekolah, pemelihara tata tertib, dan penghubung sekolah masyarakat.
2. Dimensi kepemimpinan
Dimensi ini menunjulk kepada keharusan untuk menghubungkan pendidika dengan pembanguna nasiona, atau dengan kata lain untuk memusatkan perhatian kepada pembaruan pendidikan untuk mendukung pembangunan.
2. Empat Dimensi Perilaku Aministratif
Perilaku administratif adalah suatu jenis perbuiatan yang bersifat umum yang terdapat pada semua organisasi manusia.
Dimensi I. Pengembangan kebijaksanaan pendidikan yang dasar bertalian dengan tujuan-tujuan umum pendidikan
Dimensi II. Pengembangan kebijaksanaan operasional yang diperlukan untuk melaksanakan kebijaksanaan pendidikan.
Dimensi III. Pelaksanaan teknis-managerial kebijaksanaan pendidikan.
Dimensi IV. Penggunaan dengan cerdas proses aministrasi pada semua tahap kegiatan administrasi.
BAB III
KESIMPULAN
1. Profesi sebagai suatu pekerjaan yang meminta pendidikan tinggi dalam liberal arts atau science, dan biasanya meliputi pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual, seperti mengajar, keinsinyuran, mengajar, mengarang dst.
2. Porfesionalisasi adalah suatu proses perubahan dalam status suatu pekerjaan dari yang non - profesi atau semi – profesi kearah profesi sungguh
3. unsur-unsur profesi ideal adalah sebagai berikut :
Suatu dasar ilmu atau teori sistematis.
Kewenangan professional yang diakui oleh klien.
Sanksi dan pengakuan masyarakat akan keabsahan kewenangannya.
Kode etik yang regulative.
Kebudayaan Profesi
Persatuan Profesi yang kuat dan berpengaruh.
4. Teori adalah suatu kerangka acuan suatu keterangan tentang hubungan fakta-fakta atau fenomena-fenomena yang mungkin tampak tak berhubungan. Ia adalah pernyataan tentang prinsip-prinsip umum yang tampaknya meramalkan atau menjelaskan kejadian-kejadian dengan ketelitian yang lebih baik dari terkaan sehingga kita dapat mengatakan bahwa prinsip-prinsip iti “ benar “.
5. Teori bukan perangkat nilai-nilai dan ia bukan pula filsafat ilmu administrasi baru yang membuat perbedaan tajam antara falsafah dan seince. Seorang administrator adalah manusia perbuatan, dan adalah sangat perlu bahwa ia tidak saja mengetahui prinsip-prinsip atas dasar mana perbuatan dapat diramalkan tapi juga memiliki beberapa keyakinan tentang etika administrasi.
6. Teori dapat digunakan sebagai alat pemeriksaan praktek – ia menawarkan kepada administrator suatu dasar untuk kritik-diri dan perbaika yang sistematis dan kontinu.
7. Suatu pandangan fungsional tentang administrasi pendidikan dalam era pembangunan.
1. Dua Dimensi Pokok Administarsi
Dimensi eksekutif
Dimensi kepemimpinan
2. Empat Dimensi Perilaku Aministratif
DAFTAR PUSTAKA
H.M. Vollmer and D.L Milis (eds), Profesionalization ( Englewood Cliffs, N.J. : Prentice-Hall. 1956.h.vii.
W.E.Moore, The Professions: Roles and Rules ( New York : Rusel Sage Foundation, 1970 ).
Ernest Grenwood, The Element Of Profesionalization” dalam Vollmer, op,cet.h. 10-12
Educational Policies Commision Of The NEA, Profesional Organization in American Education ( Washinton D.C.: The Assosiation. 1957), h. 9-12
American Assosiation of School Administrator, Profesional Administrator for American schools 38th Yearbook ( Washinton D.C.: The Assosiation. 1960), h. 257
Tidak ada komentar:
Posting Komentar